Thursday, May 22, 2014

SEJARAH PERGERAKAN KEBANGSAAN INDONESIA

SEJARAH PERGERAKAN KEBANGSAAN INDONESIA           



 Pada masa pergerakan nasional Indonesia ada dua momentum sejarah yang paling mendasar. Pertama, munculnya gerakan Perhimpunan Indonesia di Belanda. Perhimpunan Indonesia merupakan organisasi yang menyuarakan kemerdekaan Indonesia dengan melakukan aksi nasional dan percaya pada kekuatan sendiri, serta merupakan gerakan yang membangkitkan tujuan dan cita-cita untuk menentang imperialisme dan kolonialisme. Kedua, munculnya Sumpah Pemuda yang merupakan kristalisasi dari seluruh aspirasi dan cita-cita masyarakat Indonesia masa itu untuk bersatu memerdekakan diri dari penjajah.
            Sejak tahun 1908 mulai berdiri dan berkembang organisasi-organisasi modern di Indonesia baik yang bersifat politik, ekonomi, maupun sosial dan kebudayaan.

1.      Budi Utomo (BU)
Pada tanggal 20 Mei 1908, Sutomo dkk. mendirikan perkumpulan bernama Budi Utomo di Jakarta. Kongres pertama pada Oktober 1908 memilih Adipati Tirtokusumo (seorang bupati) sebagai ketua dan Dr, Wahidin Sudirohusodo sebagai wakil ketua.
Budi Utomo mencanangkan pedoman, yaitu pemuda menjadi motornya dan orangtua menjadi sopirnya. Tujuan dari pergerakan Budi Utomo yaitu untuk menjamin dan mempertahankan kehidupan bangsa yang terhormat.

Jika dilihat dari keanggotaannya, perkumpulsn ini bersifat kedaerahan, namun juga dapat dikatakan bersifat nasional.Hal ini dibuktikan dengan partisipasi Budi Utomo ketika berdirinya partai-partai politik. Gerakan nasional Budi Utomo semakin jelas dengan diubahnya nama Budi Utomo menjadi Budi Utama dan terlihat dengan jelas tujuannya sejak tahun 1928 ikut serta melaksanakan cita-cita persatuan Indonesia.
Selanjutnya, Budi Utomo mengadakan integrasi seasas dan sehaluan dan kemudian bergabung dengan PBI (Persatuan Bangsa Indonesia) menjadi Parindra (Partai Indonesia Raya).

2.      Perhimpunan Indonesia (PI)
Pada tahun 1908, para pemuda Indonesia di Belanda mendirikan perkumpulan bernama Indische Vereeniging yang bersifat sosial dengan tujuan awal untuk mensejahterakan anggotanya yang ada di Belanda. Kedatangan Suwardi Suryaningrat dkk, membawa pengaruh besar kepada perkumpulan ini.
Tahun 1922, Indische Vereeniging berubah menjadi Indonesiche Vereeniging (Perhimpunan Indonesia). Tujuannya untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, yang dilakukan dengan cara melaksanakan aksi nasional dan percaya pada kekuatan sendiri.
Propaganda PI di Belanda dilakukan secara aktif, salah satunya menghadiri kongres internasional pada tahun 1926-1927, seperti :
·         Kongres Demokrat Internasional di Bierville (1926)
·         Kongres Liga Melawan Imperialisme dan Penindasan di Brussel (1927)

Aktivitas PI dihubungkan dengan pemberontakan PKI tahun 1926-1927 sehingga para pemimpinnya ditangkapdan diajukan ke pengadilan. Karena tidak terbukti bersalah, pada tahun 1928 mereka dibebaskan.

3.      Sarekat Islam
Pada tahun 1911 di Solo muncul perkumpulan dagang Islam bernama Sarekat Dagang Islam (SDI) dengan Haji Samanhudi sebagai pemimpin. Kemudian, seorang intelektual dari Surabaya, Haji Oman Said (HOS) Cokroaminoto sebagai promotornya mengubah SDI menjadi Sarekat Islam pada tahun 1912. Perubahan itu berpengaruh pada sistem keanggotaannya, anggotanya bukan hanya pedagang Islam, namun mencakup seluruh umat Islam dari berbagai lapisan masyarakat.
Pengaruh pergerakan Sarekat Islam di masyarakat menyebar ke seluruh wilayah Indonesia sehingga menimbulkan pemberontakan, seperti :
·         Pemberontakan di Toli-Toli (Sulawesi Selatan); menimbulkan korban jiwa, seorang pegawai Belanda dan beberapa orang pegawai bangsa Indonesia. Pemberontakan dihubungkan dengan kedatangan Abdul Muis ke Sulawesi untuk keperluan partai, sehingga ia dituduh terlibat pemberontakan.
·         Pemberontakan Cimareme (Jawa Barat); terjadi karena protes kaum petani yang menolak menyerahkan padinya kepada pemerintah dengan harga yang ditetapkan. Sarekat Islam dituduh terlibat dalam pemberontakan itu.

Berdirinya PKI yang diketuai Semaun tahun 1920 membahayakan perkembangan Sarekat Islam, karena jabatannya juga sebagai Ketua Sarekat Islam cabang Semarang. Karena itu, tahun 1921, Sarekat Islam mengeluarkan peraturan disiplin organisasi yang melarang semua anggotanya menjadi anggota organisasi lain. Karena protes dari Semaun atas larangan tersebut, akhirnya Sarekat Islam pecah menjadi Sarekat Islam Putih, dipimpin HOS Cokroaminoto dan Sarekat Islam Merah, dipimpin Semaun.
Tahun 1929, Sarekat Islam berubah menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Setelahnya, banyak anggota yang keluar dari organisasi itu. Sarekat Islam mengambil langkag dan taktik nonkooperasi kepada pemerintah kolonial Belanda.
Pada tahun 1930, Sarekat Islam mengalami kemerosotan dan pecah menjadi tiga partai yaitu PSII kartosuwiryo, PSII Abikusno, dan PSII. Aktivitas partai ini berhenti setelah pendudukan Jepang.
  
4.      Indische Partij
Indische Partij didirikan tahun 1912 oleh Douwes Dekker, Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat dengan semboyannya Hindia for Hindia, yang berarti Indonesia (Hindia) hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang menetap dan tinggal di Indonesia tanpa memandang jenis bangsanya.
Tujuan partai ini, untuk mempersiapkan kehidupan bangsa Indonesia yang merdeka dan anggotanya terbuka bagi seluruh masyarakat yang tinggal di wilayah Indonesia. Namun, partai ini tidak dapat berkembang menjadi partai massa karena stelsel colonial menjadi penghalang dalam proses interaksi dan pergaulan dengan orang-orang asing di Indonesia.
Indische Partij menunjukkan garis politiknya dengan jelas dan tegas serta menginginkan suatu kesatuan penduduk yang multirasial. Partai ini banyak mengkritik dan mengecam pemerintahan kolonial Belanda sehingga menyebabkan ketiga pendirinya ditangkap dan diasingkan ke Belanda tahun 1913.
Pada tahun 1914, Cipto Mangunkusumo dikembalikan ke Indonesia karena sakit, sedangkan Suwardi Suryaningrat dan Douwes Dekker dikembalikan ke Indonesia tahun 1919. Douwes Dekker tetap terjun ke dunia politik sedangkan Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara) beralih ke dunia pendidikan dan selanjutnya mendirikan Taman Siswa.
Walaupun Indische Partij tidak dapat melawan kehendak Belanda, namun perjuangannya tetap memiliki arti besar dalam pergerakan kebangsaan Indonesia untuk mencapai Kemerdekaan.

5.      Partai Komunis Indonesia (PKI)
PKI (Partai Komunis Indonesia) dipelopori dari ISDV (Indische Social Demokratische Vereeniging) yang didirikan oleh Sneevliet (pegawai Belanda berpaham komunis) dan Semaun (ketua Sarekat Islam di Semarang) pada tahun 1914 yang berpusat di Semarang. ISDV kemudian berkembang dan mempengaruhi anggota-anggota Sarekat Islam singga akhirnya Sarekat Islam pecah menjadi Sarekat Islam Putih (dipimpin HOS Cokroaminoto) dan Sarekat Islam Merah (dipimpin Semaun).
Pada Tahun 1920, Sarekat Islam Merah bergabung dengan ISDV dan membentuk PKI yang diketuai Semaun dan wakilnya Darsono. Tetapi beberapa tokoh Belanda yang tidak menyetujui berdirinya PKI, memisahkan diri dan membentuk ISDP (Indische Social Demokratische Party) dan diketuai F. Bahler.
Hubungan PKI dan pemerintah Belanda semakin buruk sebagai akibat dari pemogokan-pemogokan yang mengarah pada masalah timbulnya konflik antara pemerintah Belanda dan PNI. Pada tahun1926, PKI melakukan pemberontakan di Jawa Barat dan tahun 1927 di Sumatera Barat. Dengan kegagalan pemberontakan PKI tersebut, pada tahun 1927 pemerintah kolonial Belanda menyatakan PKI sebagai partai terlarang.

6.      Partai Nasional Indonesia (PNI)
Pada tahun 1927, PNI didirikan oleh Ir. Soekarno, Dr. Cipto Mangunkusumo, Ir. Anwari, Sartono Sh, Budiarto SH, dan Dr. Samsi. PNI yang bersifat nasional mengalami perkembangan pesat, dan dalam waktu singkat berhasil menarik perhatian serta simpati massa.
Tahun 1927, PNI memprakarsai perdirinya PPPKI (Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia) ysng merupakan badan koordinasi bermacam aliran untuk menggalang kesatuan melawan penjajahan.
Munculnya berita provokatif, bahwa PNI akan melakukan pemberontakan, mengakibatkan pemerintah Belanda menangkap para pimpinan PNI, yaitu Ir. Soekarno, Gatot Mangkupraja, Maskun, dan Suriadinata yang kemudian dihadapkan pada pengadilan di Bandung tahun 1930. pengadilan tersebut menjatuhkan hukuman penjara pada keempat tokoh tersebut.
Dasar perjuangan PNI adalah sosio-nasionalis dan sosio-demokratis (Marhaenisme) serta bersikap nonkooperatif terhadap Belanda seperti halnya prinsip perjuangan PI di Belanda.

7.      Partai Indonesia (Partindo)
Karena para pemimpin PNI ditangkap, pimpinan partai dipegang Sartono SH. Namun, Sartono menghawatirkan kelanjutan dan perkembangan PNI. Ia khawatir jika PNI dianggap sebagai partai terlarang oleh pemerintah kolonial Belanda. Akhirnya demi keselamatan, PNI dibubarkan dan berdiri partai baru yaitu Partai Indonesia (Partindo). Namun, anggota PNI yang tidak setuju dengan pembubaran, membentuk partai lain bernama PNI Pendidikan.
Setelah Ir.Soekarno dibebaskan tahun 1931, ia memilih Partindo. Hadirnya Ir. Soekarno membangkitkan semangat juang anggota Partindo dan menghawatirkan pemerintah Belanda. Ir.Soekarno ditangkap lagi dan diasingkan ke Ende (Flores), kemudian dipindahkan ke Bengkulu tahun 1937 dan dibebaskan Jepang tahun 1943.

8.      Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Pendidikan)
Mereka yang tidak setuju dengan pembubaran PNI, membentuk Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Pendidikan) yang dipimpin Drs. Moh. Hatta dan Sutan Syahrir dan berpusat di Bandung. Prinsip perjuangannya adalah berpegang teguh pada prinsip non kooperatif dan model perjuangannya sama dengan yang pernah dilakukan PI, PNI, dan Partindo.
Karena gerakan partai ini dianggap membahayakan kedudukan Belanda, para pemimpinnya ditangkap dan dibuang ke digul pada tahun 1934. Tahun 1936, mereka dipindahkan ke Belanda, kemudian ke Sukabumi tahun 1942 hingga datangnya Jepang.

9.      Partai Indonesia Raya (Parindra)
Cikal bakal Parindra adalah Indische Studie Club di Surabaya yang dipimpin Dr. Sutomo. Pada tahun 1931, perkumpulan itu diubah menjadi Partai Bangsa Indonesia (PBI) dengan tujuan perjuangannya untuk menyempurnakan derajat bangsa Indonesia dengan melakukan hal nyata dan dapat dirasakan oleh rakyat.
Kemudian pada tahun 1935, PBI dan Budi Utomo bergabung dan selanjutnya membentuk Partai Indonesia Raya (Parindra) yang bertujuan untuk mencapai Indonesia Raya dengan diketuai Dr. Sutomo dan berpusat di Surabaya.
Perkembangan selanjutnya, banyak organisasi yang bergabung dengan Parindra, seperti Serekat Sumatera, Serekat Ambon, dsb. Taktik perjuangannya adalah kooperatif yang insidental (bekerja sama dengan pemerintah colonial Belanda) yang ternyata menguntungkan bangsa dan pergerakan nasional Indonesia.

PERJUANGAN MENGISI KEMERDEKAAN
A. UPAYA PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA
1. BPUPKI
           Pada tanggal 1 Maret 1945 pemerintah pendudukan Jepang di bawah pimpinan Letjen Kumakici Harada mengumumkan pembentukan Dokuritsu Junbi Cosakai ( BPUPKI ) untuk menghadapi situasi kritis. Susunan anggota pengurusnya adalah 1 orang ketua 2 orang ketua muda dan 60 orang anggota. BPUPKI mulai bersidang pada tanggal 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 untuk merumuskan dasar segara dan UUD.Akhirnya pada tanggal 22 Juni 1945 lahirlah Piagam Jakarta.
            Pada tanggal 14 Juli 1945 BPUPKI melaksanakan sidang yang kedua untuk menerima laporan dari ketua panitia ( Soekarno ) yang terdiri dari 3 keputusan yaitu :
a. Pernyataan Indonesia merdeka
b. Pembukaan UUD
c. Batang Tubuh UUD
2. PPKI
            Setelah BPUPKI selesai melaksanakan tugasnya, maka Jepang segera membubarkannya dan membentuk PPKI ( Dokuritsu Junbi Iinkai ) pada tanggal 7 Agustus 1945 yang berjumlah 21 orang dan tanpa sepengetahuan Jepang ditambah 6 orang anggota sehingga PPKI sudah diambil alih sebagai alat perjuangan rakyat Indonesia dan bukan semata-mata badan yang dikehendaki Jepang.
            Pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945 kota Hirosima dan Nagasaki dibom atom oleh sekutu, sehingga Jepang bertekuk lutut pada sekutu. Sementara Soekarno, Muhammad Hatta dan Radjiman dipanggil oleh Jenderal Terauchi di Dalath-Vietnam untuk menerima kemerdekaan dari pemerintah Jepang.

B. PERISTIWA PENTING SEKITAR PROKLAMASI
            Berita penyerahan Jepang terhadap Sekutu tidak bisa ditutup-tutupi lagi, oleh karena itu golongan pemuda mendesak Bung Karno dan Bung Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan namun para golongan tua berpendapat harus dimusyawarahkan dulu dengan PPKI karena merupakan alat perjuangan. Akhirnya tanggal 16 Agustus pagi Bung Karno dan Bung Hatta diculik oleh golongan pemuda dan dibawa ke Rengas Dengklok ( selatan Karawang ).
            Jam 12 malam akhirnya mereka ke rumah Laksamana Muda Tadashi Maeda untuk merumuskan naskah proklamasi. Rumusan naskah Proklamasi yang asli adalah tulisan tangan Bung Karno dan diketik oleh Sayuti Melik dengan beberapa perubahan, seperti kata tempoh diganti tempo, masalah tanggal dan yang menandatangani naskah proklamasi.

C. MAKNA PROKLAMASI BAGI BANGSA INDONESIA
            Pada tanggal 17 Agustus 1945 jam 10.00 hari Jum’at dibacakan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia yang sebelumnya dilakukan pengibaran bendera Merah Putih dan sambutan Walikota Soewiryo dan dr Muwardi. Peristiwa besar itu hanya berlangsung selama kurang lebih satu jam dengan penuh khidmat, sekalipun sangat sederhana namun membawa perubahan yang luar biasa dalam kehidupan bangsa Indonesia yaitu Indonesia bebas dari belenggu penjajah.

D. PERKEMBANGAN POLITIK DI INDONESIA SEJAK PROKLAMASI HINGGA DEMOKRASI TERPIMPIN
   1. PEMBENTUKAN BADAN KELENGKAPAN NEGARA
Pada tanggal 18 Agustus 1945 PPKI melakukan rapat yang membahas :
1. Penetapan dan pengesahan Pembukaan UUD 1945
2. Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden
3. Pembentukan Badan Komite Nasional sebagai pembantu presiden
Pada tanggal 19 Agustus 1945 PPKI mengadakan rapat lanjutan yang menghasilkan :
a. Penetapan 12 menteri yang membantu tugas presiden
b. Membagi wilayah Indonesia menjadi 8 Propinsi
           Untuk menghadapi kekuatan Jepang dan Sekutu pemerintah Indonesia membentuk Badan Kemanan Rakyat ( BKR ) pada tanggal 22 Agustus 1945 yang berada di bawah wewenang KNIP. Oleh karena datangnya pasukan Sekutu dan NICA yang silih berganti sehingga pemerintah memutuskan dibentuknya Tentara Keamanan Rakyat ( TKR ) pada tanggal 5 Oktober 1945.Pada tanggal 1 Januari 1946 diubah menjadi Tentara Keselamatan Rakyat ( TKR ) lalu tanggal 26 Januari berubah menjadi Tentara Republik Indonesia ( TRI ). Untuk menyempurnakan TRI maka pemerintah membentuk Tentara Nasional Indonesia ( TNI ) tanggal 7 Juni 1947.
2. PERKEMBANGAN DEMOKRASI LIBERAL
            Pada masa berlakunya Konstitusi RIS ( 1949 ) dan UUDS ( 1950 ) bangsa kita melaksanakan pesta Demokrasi Liberal dengan menggunakan sistem pemerintahan secara parlementer, di mana kepala negara adalah presiden sedangkan kepala pemerintahan dipimpin oleh Perdana Menteri dan bertanggung jawab pada Parlemen ( DPR ). Pada masa itu situasi politik tidak stabil karena sering terjadi nya pergantian kabinet dan sering terjadi pertentangan politik di antara partai-partai yang ada. Adapun kabinet yang pernah memerintah antara lain
a. Kabinet Natsir ( 6 September 1950 – 20 Maret 1951 ) Kabinet ini jatuh karena ada mosi tidak percaya bahwa M. Natsir tidak mampu menyelesaikan masalah Irian Barat dan sering terjadi pemberontakan sehingga muncul gerakan DI/TII, Andi Azis, APRA, RMS dsb.
b. Kabinet Sukiman ( 26 April 1951 – 3 April 1952 ) Masalah yang dihadapinya adanya pertukaran nota antara Menlu Ahmad Subarjo dengan Dubes AS Merle Cochran tentang bantuan ekonomi dan militer berdasarkan Mutual Security Act ( MSA ) atau UU kerjasama keamanan.
c. Kabinet Wilopo ( 3 April 1952 – 3 Juni 1953 ) Masalah yang dihadapinya yaitu :
1. Gerakan separatis di Sumatera dan Sulawesi
2. Peristiwa 17 Oktober
3. Peristiwa Tanjung Morawa
d. Kabinet Ali I ( 31 Juli 1953 – 12 Agustus 1955 ) Masalah yang dihadapinya yaitu pemberontakan DI/TII di Jawa Barat, Aceh dan Sulawesi serta pergantian KSAD dari Bambang Sugeng pada Bambang Oetoyo
e. Kabinet Burhanudin Harahap ( 12 Agustus 1955 – 3 maret 1956 ) Pada masa ini berhasil melaksanakan Pemilu I dengan 2 periode , tanggal 29 September 1955 memilih anggota DPR dan tanggal 15 Desember 1955 memilih anggota Badan Konstituante. Pemilu I ini dimenangkan oleh 4 partai besar yaitu PNI, Masyumi, NU dan PKI.
f. Kabinet Ali II ( 24 Maret 1956 – 14 Maret 1957 ) Masalah yang dihadapinya yaitu timbulnya gerakan anti China dan pemberontakan PRRI/PERMESTA.
g. Kabinet Djuanda Kabinet ini jatuh karena Badan Konstituante tidak bisa membuat UUD yang baru pengganti UUDS sehingga presiden mengeluarkan Dekritnya tanggal 5 Juli 1959 dan mengumumkan berlakunya Demokrasi Terpimpin.
3. MASA DEMOKRASI TERPIMPIN
           Karena Badan Konstituante tidak dapat membuat UUD baru pengganti UUDS maka pada tanggal 5 juli 1959 jam 17.00 hari jum’at Presiden Soekarno mengeluarkan Dekritnya yang berisi :
a. Pembubaran Badan Konstitiante
b. Berlaku kembalinya UUD 1945 dan tidak berlakunya UUDS
c. Pembentukan MPRS dan DPAS dalam waktu singkat
Sejak saat itu Presiden mengumumkan berlakunya sistem Demokrasi Terpimpin yang di dalamnya banyak terjadi penyimpangan dan penyelewengan terhadap UUD 1945 antara lain :
a. MPRS mengangkat Soekarno sebagai presiden seumur hidup
b. Presiden mengangkat MPRS
c. Pidato presiden yang berjdul ” Penemuan Kembali Revolusi kita ” dijadikan GBHN
d. Lembaga tinggi dan tertinggi negara dijadikan pembantu presiden
e. Presiden membubarkan DPR hasil pemilu dan menggantikannya dengan DPR-GR
Pada masa Demokrasi Terpimpin Presiden lebih banyak dipengaruhi oleh PKI dan PKI memainkan peranan pentingnya sehingga mendapatkan perlakuan istimewa dari presiden. Dalam rangka mewujudkan tujuannya maka PKI melakukan tindakan antara lain :
a. Dalam Negeri
1. Berusaha menyusup ke parpol dan ormas yang menjadi lawan  politiknya kemudian memecah belah
2. Dalam bidang pendidikan mengusahakan agar ajaran Marxis
 Leninisme menjadi salah satu masta pelajaran wajib
3. Dalam bidang militer, mengindoktrinasi perwira ABRI dengan ajaran
komunis


No comments:

Post a Comment